Seperti kapas putih jatuh pelan dikesiurkan nafas illahi
Dan aku, sebuah hati yang maha gagu,
Membawa damba berkah setelah peribadatan demi peribadatan dilabuhkan
Menuju ke sebuah pengabdian yang kudus,
Sebelum uban menyemai di pucuk-pucuk rambut dan bulu tubuhku
Beribu-ribu doa kupanjatkan demi sebuah hati yang rapuh
Agar tak menyerapah sewaktu sembilu
Betapa pun perih!
''Kau dzat paling tersyairkan untukku
Memeluk lembar hati yang gegar tanpa risalah kepamrihan
Menerangi kegelapan, menerangi kesunyian''
Ah, ijinkan aku mereguk ridhoMU hingga tetes ruh penghabisan
Sepertiga malam yang riuh, aku saksikan sebuah hati telah menyala
Dalam beningnya jiwa
Dan tafakur inilah yang selamanya menggenapkan keluh-peluh
Sampai ke paling terberkati
Dan aku, sebuah hati yang maha gagu,
Membawa damba berkah setelah peribadatan demi peribadatan dilabuhkan
Menuju ke sebuah pengabdian yang kudus,
Sebelum uban menyemai di pucuk-pucuk rambut dan bulu tubuhku
Beribu-ribu doa kupanjatkan demi sebuah hati yang rapuh
Agar tak menyerapah sewaktu sembilu
Betapa pun perih!
''Kau dzat paling tersyairkan untukku
Memeluk lembar hati yang gegar tanpa risalah kepamrihan
Menerangi kegelapan, menerangi kesunyian''
Ah, ijinkan aku mereguk ridhoMU hingga tetes ruh penghabisan
Sepertiga malam yang riuh, aku saksikan sebuah hati telah menyala
Dalam beningnya jiwa
Dan tafakur inilah yang selamanya menggenapkan keluh-peluh
Sampai ke paling terberkati
0 komentar:
Posting Komentar