31 Jul 2010

Shalawat Nariyah


Shalawat Nariyah Ini Memiliki Faidah Yang Besar. Apabila Dibaca Setiap Selesai
Shalat Fardhu 5 kali 11 Setiap Waktu, Lebih-Lebih Mau Membacanya Sebanyak
4444 kali , InsyaAllah Segala Hajatnya Dikabulkan Oleh Allah.

 أللّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

"Allohumma sholli ‘sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taaamman ‘ala sayyidina Muhammadinilladzi tanhallu bihil ‘uqodu wa tanfariju bihil qurobu wa tuqdho bihil hawaaiju wa tunalu bihir roghooibu wa husnul khowaatimu wa yustasqol ghomamu biwajhihil kariem wa ‘ala aalihi wa shohbihi fie kulli lamhatin wa nafasim bi’adadi kulli ma’lumin laka"


Artinya : Ya Allah berilah sholawat dengan sholawat yang sempurna dan berilah salam dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad yang dengannya terlepas segala ikatan, lenyap segala kesedihan, terpenuhi segala kebutuhan, tercapai segala kesenangan, semua diakhiri dengan kebaikan, hujan diturunkan, berkat dirinya yang pemurah, juga atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan hembusan nafas sebanyak hitungan segala yang ada dalam pengetahuanMu.

30 Jul 2010

Walpaper Islami 5

Walpaper Islami 4

Walpaper Islami 3

Walpaper Islami 2

Walpaper Islami

Cinta Illahi

Khalifah Umar

Nasihat

Kata Mutiara

Hadis Qusdi

Jika Aku Jatuh Cinta

Cinta Allah Yang Esa

Perhiasan

Misteri Hidup

29 Jul 2010

Cinta Pada Allah

AkhlaQ

Subuh

Selimut itu selalu saja mengisyaratkan maut
Seperti warna fajar di ufuk timur
Dan aku masih terjebak dalam kantuk yang buruk
Dalam jeruji kamar dengan dinding memar
Karena setiap hari selalu terbakar
Gemuruh bahasa yang menyala tanpa dosa

Ah, subuh terlalu dingin

Setelah semalaman hujan melumpuhkan
Setiap mimpi yang berawal dengan ketakutan
Sebab setiap saat nyawa yang tercerabut dari akarnya
Jasad kita, yang tak pernah sempurna

''asshalaatu khairum minan naum...''

Seusai Sembahyang

Jangan kutuk wiridku,
Kataku seusai sembahyang
Aku ingin membuahi sujudku
Yang lama kesepian
Mencari silsilah takbirku
Yang putus sekian fatihah
Yang kelak menjadi anak-anak tangga
Menuju akhirat!

Masih juga kau karamkan sampan taubatku

Aku pun tenggelam
Tiada peta kuselami penyesalan demi penyesalan
Di antara kesunyian dan Pencipta Sunyi
Samar-samar kutemu pelita telah rabun
Mewarnai gelora doa dalam satu dzikir purba

Sepertiga Malam

SEPERTIGA MALAM

Kepada siapa hendak kuceritakan

Bahwa aku rindu ayat-ayat Tuhan
Beratus jejak berkarat terkubur debu
Merasuk dalam nurani beku

Entah pada catatan harian

Atau berbait-bait sajak
Aku ingin menulis dosa
Bahwa hidup tak sekedar tangisan tanpa suara

''sebab neraka tak dingin oleh airmata''


SAJAK MENJELANG JAM TIGA PAGI


Mungkin cuma sajak yang bisa tertulis

Ketika hati tak bergetar lagi
Mendengar ayat-ayat Tuhan
Langkah kaki setelah mencium tangan ibu
Tercatat dalam sejarah kelam
aku terseok
Tergeragap mengeja zaman
Meradang
Sebelum akhirnya menggelepar di atas lantai tanpa sajadah

Sia-sia menyulam sesal

Maka Dengarlah

Maka dengarlah petir
Yang tak habis berzikir
Dalam gelegarnya

Dan kilat

Yang ingin menghalau gelap
Dengan keheningan cahayanya

Dan angin

Yang melagukan kasidah sunyi
Dalam derunya

Dan hujan

Yang ingin melepas dahaga bumi
Dengan cucuran tasbihnya

Pada pemujaannya

Tak henti-henti

Maka dengarlah

Saat badai menyapa bumi
Dan kau akan tahu
Betapa kecilnya dirimu ini

Maka dengarlah

Sebelum badai berakhir
Sebelum telingamu menuli
Sebelum duniamu runtuh esok hari

Mengarung Remang

MENGARUNG REMANG (1)

''kabut senja magrib''

Semestinya tak terlalu awal

Remang itu mengubur temaram
Sedang arakan mega
Belum selesai mengecup merah senja
Dan keletihan ombak seharian
Masih tak jemu mengadu biru lautan
Pada bening pantai
Di atas lelah sajadah
Kumendesah dalam nafas tasbih
Sebentar lagi kabut menelan adzan


MENGARUNG REMANG (II)

Terkurung senyap, sunyi malammu kuhampar sajadah
Dengan selembar cahaya
Ketika derai isak kian merasuk
Kehening rukuk dan sujud tahajjudku
Tapi selalu saja
Sepi jiwaku menyimpan gerhana

Orang Tua

Warna-warna senja
Semakin menghitam di matamu
Kau tak lagi melihat
Bagaimana air mengalir
Bagaimana indahnya alam raya

Kau sudah tua, ternyata

Seringkali kudapati kau
Menatap senja disetiap waktumu
Adakah kau ingat?
Bagaimana dahulu kau diajarkan
Cara bersyukur dengan rendah hati

Keangkuhanmu semakin menua

Karena kau sadar kini
Usiamu kian senja
Seperti warna-warna senja hari

Sebuah Hati

Seperti kapas putih jatuh pelan dikesiurkan nafas illahi

Dan aku, sebuah hati yang maha gagu,

Membawa damba berkah setelah peribadatan demi peribadatan dilabuhkan
Menuju ke sebuah pengabdian yang kudus,
Sebelum uban menyemai di pucuk-pucuk rambut dan bulu tubuhku

Beribu-ribu doa kupanjatkan demi sebuah hati yang rapuh

Agar tak menyerapah sewaktu sembilu
Betapa pun perih!

''Kau dzat paling tersyairkan untukku

Memeluk lembar hati yang gegar tanpa risalah kepamrihan
Menerangi kegelapan, menerangi kesunyian''

Ah, ijinkan aku mereguk ridhoMU hingga tetes ruh penghabisan


Sepertiga malam yang riuh, aku saksikan sebuah hati telah menyala

Dalam beningnya jiwa
Dan tafakur inilah yang selamanya menggenapkan keluh-peluh
Sampai ke paling terberkati

Senja di Kuburan

''sore itu'' 

Hujan sore itu menoreh guratan hati
Dalam
Dingin
Tanah merah membentuk lobang kecil bekas tetesan hujan
Abadi
Laron-laron kecil terbang mencari sinar di kuburan
Tak ada sinar di sini
Di sini hanya ada dinginnya air hujan
Tanah merah yang basah
Dan matahari yang segera tenggelam


''malam ini''


Keheningan yang kudapati malam ini

Sungguh tidak menenangkanku

Angin malam yang menyapaku malam ini

Sungguh tidak menghilangkan sepi

Karena kau hanya jadi kabut

Saat gemuruh sunyi menabik hati
Kau memilih menjadi kabut
Walau aku memintanya
Walau aku memohon padamu!

Dan kau tak pernah ada di sini

Meski telah kuberikan nyawaku padamu

Wajah Cahaya

Wajah cahaya itu membuka pagi ini
bersama bagaskara
yang terpana
pada senyumnya yang mawar

Ia melintasi padang rinduku

dengan jilbab terkibar menyampaikan
senandung tasbih

Angin sejenak terhenti

terjebak dalam pesona

Ia adalah cahaya putih


yang menyublimkan hati-hati melati


juga membekukan segulung rindu

lewat tatapannya yang kilat
menjelma dendam yang terpahat

Wajah cahaya itu,

melintasi padang waktuku
dengan senyumnya yang paling mawar 

sumber : http://peperonity.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...